Ditambah dua depati yaitu pagar tuha prajurit sawang dan jalang penumbang di tanjung beringin sedangkan penggawa penggawa perwakilan Lampung yang indah sejak tahun 1600 sampai tahun 1933 M tersebar / berdomisili :
PERANGKAT ADAT PAKSI BUAY NYERUPA
Di Sukau terdiri penggawa pak
Di Liwa Perwatin Dua Belas
Di Ulu krui perwatin telu
Di Semaka perwatin nom
( Payan Pusaka Berlapis Emas )
1. Ujung ilir menggala raja dibukit raja pagar alam/ warga Negara.
2. Marga Baradatu dusun tiuh balak gelar batin bala seribu pangeran si pahit lidah
3. Marga Jabung dusun bungkuk labuhan meringgai Hi. Harun Pesirah Marga Unyi gelar sutan Tjik.
4. Dusun Canggu kalianda pangern tihang marga jurai dalom abdul wahab
5. Marga Punduh/ kunyayan kecamat padang cermin, Ahmad Rozi gelar Batin Paksi
6. Sabu menanga dusun menyangan padang cermin gelar Pangeran Ismail
7. Marga pematang sawa way nipah gedung dalom nama muhtar istrinya asli
8. Buay nyekhupa kecamatan gunung sugih nama gozali gelar suntan penutup
9. Negara batin kota agung suntan batin dan hermain
10. Marga ngarip kota agung gelar raja syapri
11. Semaka kota agung M. yusuf (senin/mulud), Mulkan-sallim sk.
12. Seputih doh cuku balak Muhammad husen gelar raja pemulihan marga
13. Sinar waya sukarajin lamban balak dalom sempurna.
Ketiga belas penggawa di Lampung itu merupakan perwakilan paksi buay nyerupa dan masih banyak jurai-jurai paksi buay nyerupa yang tidak diketahui lagi atau telah putus mata rantai dikarenakan perubahan zaman sehingga tidak diketahui lagi seperti penggawa way urang, kelumbayan, gedung menang dan kaliandak sukau dan negeri canti.
Arsip Blog
Kamis, 19 Maret 2009
PERANGKAT ADAT PAKSI BUAY NYERUPA
SILSILAH PEMUKA AGUNG BUAY NYERUPA
Ratu Nuay Nyerupa mempunyai anak Si Gajah gelar ratu pikulunsiba di mesir, Beliau lah yang mengusir lascar kejawen dari Si piko gelar dalom pikulun adalah yang memerintah kesultanan buay nyerupa dengan wilayah hokum administrasi sukau, liwa dan ulu krui tahun 1849 M dialah yang membangun wilayah kubu perahu, lereng pesagi, bahwai, jejawi, sulung, way jangkakh, dan seminung. Jukhai ke 16 yaitu merah hakim gelar sultan Ali Akbar Hidayatullah Waliyullah Paksi Buay Nyerupa, beliaulah yang disebut orang bisa terbang dari gunung pesagi ke gunung seminung, karena dia orang sakti dan dia pulalah yang melawan pemerintah belanda tahun 1863, dia melakukan perang gerilya disekitar gunung pesagi, gunung seminung, belalau sampai dipungung tampak dan belanda mengajak berunding kepada sulta ali akbar agar berdamai tetapi sultan ali akbar menolak kecuali kekuasaan wilayah tidak dipecah-pecah belanda dan akhirnya belanda dengan siasat kotornya dapat menangkap beliau dan beliau dibuang kemuko-muko Bengkulu sebangai tawanan, setelah dua tahun dibuang beliau meminta izin untuk menunaikan ibadah haji kemekkah dan beliau dizinkan, maka berangkatlah beliau menunaikan haji melalui pelabuhan menggala dan diiringi oleh pangeran-pangeran pagar alam, setelah satu tahun dimekkah maka wafatlah beliau dan dikebumikan tanpa jenazah atau disebut terbang burung terbang sangkarnya. Sejak pemerintahan dipegang oleh pesirah abdul hamid dari lamban suka marga saudara Sultan Akbar, lalu terjadilah pergeseran kekuasaan pemerintah, melalui pemilihan pesirah marga sukau, adapun calonnya dua orang, pertama raja inton dan kedua abdul majid akhirnya yang menang dalam pemilihan adalah pesirah abdul majid dengan pemberian gelar pangeran oleh pemerintah belanda, pesirah abdul majid adalah keturunan batin surge ulubalang dari sultan dalom pikulun lamban gedung pakuwon ratu, anak pesirah abdul majid adalah hasbullah. Hasbullah adalah pesirah kedua sampai proklamasi Republik Indonesia. Susunan lamban pakuan ratu paksi buay nyerupa : Demikian sejarah singkat paksi buay nyerupa dengan himbauan berdasarkan keputusan rapat adat dinegeri ratu sukau tanggal 09 September 2000.
Palembang yang menyerbu wilayah buay nyerupa dan sampai dapat di usir sampai di jaga
raga muara dua, si khasan pikulun ratu di lampung dia melakukan siba di banten memenuhi undangan sultan abdul muhasin zainul abidin, yang merintah tahun 1690 M. Ratu Pikulun di beri gelar oleh Sultan Banten dengan gelar kebangsawanan tu bagus makmur hidayatullah dan beliau di beri prasasti tambo tembaga dari kuningan dan tombak serta keris pusaka sebagai tanda pengakuan keluarga bangsawan Lampung, dengan meninggalkan satu penggawa diwilayah banten cikoneng.
1. Lamban gedung pakuwon ratu
2. Lamban bandung
3. Lamban Bandar
4. Lamban banjar agung
5. Lamban suka marga
6. Lamban banjar masin
7. Lamban balak
8. Lamban lunik
9. Lamban suka khajin
10. Lamban suka banjar
11. Lamban parda suka
12. Lamban duakha
Rabu, 18 Maret 2009
SEJARAH PAKSI BUAY NYERUPA
SEJARAH PAKSI BUAY NYERUPA
(Yayasan Paksi Buay Nyerupa, Akte Notaris No. 19 tanggal 18 Juli 1998)
Kesultanan Paksi Buay Nyerupa tidak terlepas dari paksi pak sekala brak, yang
terdiri dari Cumbung Pak Kelima Sia atau paksi pak kelima buay nekhima atau putri bulan atau putrid nilawati pergi ke matahari terbit, sekarang negeri menggala. Adapun paksi pak tersebut adalah:
1. Paksi Buay Pernong Di Batu Brak Ibu Negeri Hanibung
2. Paksi Buay Belunguh Ibu Negeri Kenali
3. Paksi Buay Nyerupa Di Sukau Dengan Ibu Negeri Tampak Siring
4. Paksi Buay Bejalan Diway Di Kembahang Ibu Negeri Puncak.
Keempat paksi ini bertahta diwilayah skala brak atau + wilayah kabupaten Lampung Barat sekarang, sebelum paksi pak datang diwilayah skala brak masyarakatnya sudah ada yaitu buay tumi yang penduduknya dizaman itu memeluk agama budha dan hindu data tersebut tertulis dalam batu bertulis di prasasti bunu tenuar di hara kuning marga sukau tahun saka 966 (1044 M).
(Pusaka Pedang Naga Buay Nyerupa)
Paksi buay nyerupa sukau mempunyai wilayah kekuasaan sebagai berikut :
“Dari wates perbatasan dengan kembahang terus kehilian khubok padang dalom naik ke gunung pesagi balak terus ke pesagi lunik turun ke gunung pupus, turun di way kiwis terus kekawor nebak villa membelah way ranau terus ke way panas julang naik kegunung seminung terus kesulung turun mit kawit kerambay turun mit way jangkar menyancang terus mit punjung mendapatkan way laay terus kelawok kuala stabas, membelok ke way balau perbatasan marga tenumbang.
( dari tambo kulit kayu sukau dan disahkan oleh residen bengkulen tertanggal 12 Mei 1865 no 1121)”
Ratu buay nyerupa naik tahta tahun 1420 M. di negeri tampak siring sukau sekarang diatas kunyayan tuha sekitar bukit tumi. Permaisuri ratu buay nyerupa bernama ratu sifaa kemala sakti, ratu buay nyerupa adalah seorang ulama (waliyulloh) penyebar agama islam. Di pemerintahan dia bersemboyan “ LAMON NYAWA LAMON JELMA” artinya banyak saudara banyak juga rakyatnya.
ASAL USUL ULUN LAMPUNG
PAKSI PAK SEKALA BEKHAK
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa Skala Brak merupakan cikal bakal orang Lampung, berita ini bukanlah cerita dongeng kesombongan yang selanjutnya menjadi seperti banyak kerajaan yang dipaksa ada namun memiliki bukti – bukti sejarah, diantaranya :
1. Prasasti Batu Bertulis Bunu Tenuar tahun saka 966 (1044 M) di Hara Kuning desa hanakau sekarang.
Foto LITBANG IKPM Lam-Bar Yogyakarta
2. Prasasti yang terbuat dari tembaga kuningan Abad 17.M berasal dari Kerajaan Sultan Banten( Sultan Muhasin Riwayat Syah ) ditujukan kepada Sultan Buay Nyerupa, berisi tanda persaudaraan, dan hasil bumi.
Foto LITBANG IKPM Lam-Bar Yogyakarta
3. Tambo-tambo Paksi tebuat dari kulit kayu bertuliskan hurup arab/melayu kuno dan hurup had Lampung asli, berisi silsilah keturunan, sejarah serta batas - batas wilayah.
Foto LITBANG IKPM Lam-Bar Yogyakarta
Selain beberapa bukti diatas yang masih banyak lagi bukti lainya, kebesaran nama skala brak bukan hanya dilihat dari cerita / warahan turun temurun masyrakat Lampung yang masih ingat dengan darimana keturunannya berasal, juga keeksistensianya baik berupa tradisi kerajaan maupun seni budaya (tari, music, sastra lisan dll) pun dapat menjadikan alur pemikiran kita yang mengetahuinya akan terbuka bahwa budaya kerajaan skala brak begitu besar, luhur, indah, tertata dan beretika.
Dalam buku The History of Sumatra karya The Secretary to the President and the Council of Port Marlborough Bengkulu William Marsdn 1779, diketahui asal-usul Penduduk Asli Lampung. Didalam bukunya William Marsdn mengungkapkan "If you ask the Lampoon people of these part, where originally comme from they answere, from the hills, and point out an island place near the great lake whence, the oey, their forefather emigrated…". "Apabila tuan-tuan menanyakan kepada Masyarakat Lampung tentang dari mana mereka berasal, mereka akan menjawab dari dataran tinggi dan menunjuk ke arah Gunung yang tinggi dan sebuah Danau yang luas.."
Dari tulisan ini bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud danau tersebut ialah Danau Ranau. Sedangkan Gunung yang berada dekat Danau adalah Gunung Pesagi, Sebagaimana juga ditulis Zawawi Kamil (Menggali Babad & Sedjarah Lampung) disebutkan dalam sajak dialek Komering/Minanga: "Adat lembaga sai ti pakaisa buasal jak Belasa Kapampang, Sajaman rik tanoh pagaruyung pemerintah bunda kandung, Cakak di Gunung Pesagi rogoh di Sekala Berak, Sangon kok turun temurun jak ninik puyang paija, Cambai urai ti usung dilom adat pusako" Terjemahannya berarti "Adat Lembaga yang digunakan ini berasal dari Belasa Kepampang (Nangka Bercabang, Sezaman dengan ranah pagaruyung pemerintah bundo kandung, Naik di Gunung Pesagi turun di Sekala Berak, Memang sudah turun temurun dari nenek moyang dahulu, Sirih pinang dibawa di dalam adat pusaka, Kalau tidak pandai tata tertib tanda tidak berbangsa".
Dalam catatan Kitab Tiongkok kuno yang disalin oleh Groenevelt kedalam bahasa Inggris bahwa antara tahun 454 dan 464 Masehi disebutkan kisah sebuah Kerajaan Kendali yang terletak diantara pulau Jawa dan Kamboja. Prof. Wang Gungwu dalam majalah ilmiah Journal of Malayan Branch of the Royal Asiatic Society dengan lebih spesifik menyebutkan bahwa pada tahun tahun 441, 455, 502, 518, 520, 560 dan 563 yang mulia Sapanalanlinda dari Negeri Kendali mengirimkan utusannya ke Negeri Cina. Menurut L.C. Westenenk nama Kendali ini dapat kita hubungkan dengan Kenali Ibukota Kecamatan Belalau sekarang. Nama Sapalananlinda itu menurut kupasan dari beberapa ahli sejarah, dikarenakan berhubung lidah bangsa Tiongkok tidak fasih melafaskan kata Sribaginda, ini berarti Sapanalanlinda bukanlah suatu nama.
Hal diatas membuktikan bahwa pada abad ke 3 telah berdiri Kerajaan Sekala brak Kuno yang belum diketahui secara pasti kapan mulai berdirinya. Kerajaan Sekala brak ini dihuni oleh Buay Tumi dengan Ibu Negeri Kenali dan Agama resminya adalah Hindu Bairawa. Hal ini dibuktikan dengan adanya Batu Kepampang di Kenali yang fungsinya adalah sebagai alat untuk mengeksekusi Pemuda dan Pemudi yang tampan dan cantik sebagai tumbal dan persembahan untuk para Dewa.
Kerajaan Sekala brak menjalin kerjasama perdagangan antar pulau dengan Kerajaan Kerajaan lain di Nusantara dan bahkan dengan India dan Negeri Cina. Prof. Olivier W. Wolters dari Universitas Cornell, dalam bukunya Early Indonesian Commerce, Cornell University Press, Ithaca, New York, 1967, hal. 160, mengatakan bahwa ada dua kerajaan di Asia Tenggara yang mengembangkan perdagangan dengan Cina pada abad 5 dan 6 yaitu Kendali di Andalas dan Ho-lo-tan di Jawa. Dalam catatan Dinasti Liang (502-556) disebutkan tentang letak Kerajaan Sekala brak yang ada di Selatan Andalas dan menghadap kearah Samudra India, Adat Istiadatnya sama dengan Bangsa Kamboja dan Siam, Negeri ini menghasilkan pakaian yang berbunga, kapas, pinang, kapur barus dan damar.
Dari Prasasti Hujung Langit (Hara Kuning) yang di temukan di Bunuk Tenuar Liwa terpahat nama raja di daerah Lampung yang pertama kali ditemukan pada prasasti. Prasasti ini terkait dengan Kerajaan Sekala Brak kuno yang masih dikuasai oleh Buay Tumi. Prof. Dr. Louis-Charles Damais dalam buku Epigrafi dan Sejarah Nusantara yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta, 1995, halaman 26-45, diketahui nama Raja yang mengeluarkan prasasti ini tercantum pada baris ke-7, menurut pembacaan Prof. Damais namanya adalah Baginda Sri Haridewa.
Berdasarkan Warahan dan Sejarah yang disusun didalam Tambo, dataran Skala Brak yang pada awalnya dihuni oleh suku bangsa Tumi ini mengagungkan sebuah pohon yang bernama Belasa Kepampang atau nangka bercabang karena pohonnya memiliki dua cabang besar, yang satunya nangka dan satunya lagi adalah sebukau yaitu sejenis kayu yang bergetah. Keistimewaan Belasa Kepampang ini bila terkena cabang kayu sebukau akan dapat menimbulkan penyakit koreng atau penyakit kulit lainnya, namun jika terkena getah cabang nangka penyakit tersebut dapat disembuhkan. Karena keanehan inilah maka Belasa Kepampang ini diagungkan oleh suku bangsa Tumi.
Dalam bukunya Masyarakat Dan Adat Budaya Lampung, menurut Prof. Hilman Hadikusuma sekitar abad ke-12 daerah skala brak dan danau ranau sudah dihuni oleh suku tumi yang dipimpin oleh Ratu sekar muong, kelompok ini memuja sejenis pohong nangka bercabang, yang disebut melasa Kepampang. Mereka menganut animisme bhairawa, di daerah tanjung meneng yang terletak disebelah timur kenali terdapat batu bercabang dua yang disebut batu kepampang. Terletak dalam berisan batu besar yang melingkar segi empat. Tak jauh dari sini terdapat batu besar yang disebut rakyat “batu begur”. Di Sukaupun terdapat batu bertulis tahun saka 966. Sementara dalam tulisan Melawat Ke Sriwidjaja, yang mengutip buku Tiongkok Kuno-nya Groeneveldt, tahun 454 dan 464 M tersebut sebuah kerajaan bernama kendali. Tiap tahun, hingga abad ke-6 mereka membawa emas dan perak ke Cina. Menurut pendapat L.C.Westenenk, nama Kendali bisa dihubungkan dengan Kenali yang dalam perkembangan selanjutnya merupakan Ibu negeri Buay Belunguh di Belalau. Peneliti sejarah belanda lain, Latterlijk, Mengatakan Skala Brak itu berasal dari kata sekala dan bekhak, sekala adalah nama sebuah pohom puar (puar Lako) yang buahnya dapat digunakan untuk mengasami sayur (gulai), sedangkan bekhak dalam bahasa Lampung berarti lebar atau besar. Diungkapkannya pula, pemimpin dan rakyat dari Skala Brak itulah yang disebut orang Tumi. Letterlijk melemparkan teka-teki: apakah kata Tumi itu ada hubungannya dengan orang atau suku tamil di India? Berdasarkan kepercayaannya yang dianut dan aksara yang terdapat dalam prasasti yang ditinggalkan, tumi dan Tamil, punya kemiripan.
Ada empat orang raja dari Pagaruyung (Minagkabau) yang menyebarkan agama islam. Mereka adalah Umpu Belunguh, Umpu Pernong, Umpu Bejalan Diway, Umpu Nyerupa.”Umpu” berasal dari kata “Ampu”. Dan “Ampu” ini tertulis di batu pagaruyung yang bertahun 1358 M. “Ampu Tuan” ialah sebutan bagi anak-anak raja (Prina) di Minangkabau. Di sekala brak mereka bertemu Sibulan, yang kemudian menyertai mereka menaklukkan suku Tumi. Keempat Umpu itu, setibanya di skala brak pun mendirikan sebuah perserikatan bernama Paksi Pak (Empat serangkai). Mulai saat itu, berkembanglah Islam di skala brak. Dan penduduk yang tidak mau memeluk islam melarikan diri ke-arah pesisir Krui, menyeberang ke Jawa, dan ke Sumatra selatan. Langkah brilian yang diambil oleh ke-empat umpu juga menebang kayu pujaan dan dijadikan “Pepadun” .
Kesepakatan keempat kepaksian untuk tetap eksis sampai akhir zaman, dan memiliki ciri sebagai symbol dalam lambang dari masing paksi:
1. UMPU NYERUPA : Sekam tetap haga jadi raja sampai akhir jaman, lamon nyawa khik lamon jelma (Lambang ni Kenui Bahuta/ Elang Bahuta)
2. UMPU PERNONG : Sekam tetap haga jadi raja sampai akhir jaman, jadi pemimpin cerdik pandai (Lambang ni kijang melipit tebing)
3. UMPU BELUNGUH : Sekam tetap haga jadi raja sampai akhir jaman khik kaya (Lambang ni pakhku sukha)
4. UMPU BEJALAN DIWAY : Sekam tetap haga jadi raja sampai akhir jaman khik berdikari ( lambang ni cambai mak bejunjungan)
Setelah skala brak ditaklukkan, maka daerah tersebut dibagi empat, kemudian diperintah oleh Paksi Pak. Paksi Pak kemudian dipecah lagi menjadi marga-marga. Dan masing-masing marga memperkuat dengan besluit-besluit (ketetapan) Raadmarga, yang kemudian secara keseluruhan merupakan Kewedanaan Krui.